Hai, Popers! Siapa yang akhir-akhir ini merasa capek banget, nggak termotivasi, atau bahkan mulai mempertanyakan tujuan hidup? Tenang, kamu nggak sendirian. Menurut survei Cigna Internasional, 98% Gen Z worker mengalami gejala burnout dan yang lebih mengejutkan, 23% di antaranya mengalami stres yang nggak terkendali, sementara 48% merasa overwhelmed. Jadi, kenapa Gen Z gampang banget burnout? Dan gimana cara kita bisa keluar dari lingkaran stres ini? Yuk, kita bahas bareng!
Kenapa Gen Z Rentan Banget Kena Burnout?
Sebagai digital native, kita tumbuh di dunia yang super cepat dan selalu terhubung. Tapi, di balik itu semua, ada konsekuensi yang bikin mental kita terkuras habis:
Tekanan untuk Sukses Sejak Dini
Pasar kerja makin kompetitif, biaya hidup makin mahal, sementara banyak dari kita harus juggling lebih dari satu pekerjaan. Bukan cuma kerja kantoran, banyak juga yang harus terjun ke dunia freelance atau entrepreneurship karena tuntutan hidup.
Budaya Perfeksionisme di Media Sosial
Liat postingan orang sukses di TikTok atau LinkedIn bikin kita ngerasa harus selalu produktif dan sempurna. Padahal, realitanya nggak ada yang hidupnya selalu on-point.
Ketidakstabilan Ekonomi & Masa Depan yang Nggak Pasti
Ancaman PHK, resesi, dan ketidakpastian politik bikin kita makin stres mikirin masa depan. Gimana bisa tenang kalau tiap hari baca berita isinya tentang krisis ekonomi?
Burnout bukan sekadar kelelahan biasa. Ini adalah akumulasi stres berkepanjangan yang bikin kita kehilangan motivasi, produktivitas, bahkan sampai questioning life. Tapi, ada cara buat keluar dari situasi ini.
Cara Atasi Burnout (Bukan Cuma Sekadar Self-Care!)
Banyak orang bilang solusi burnout itu self-care, tapi kenyataannya lebih dari sekadar mandi air hangat atau rebahan sambil nonton Netflix. Kalau mau beneran pulih, coba deh lakukan ini:
Detoks Digital
Bukan berarti harus hapus semua media sosial, tapi coba atur batasan waktu, kurangi notifikasi nggak penting, dan berhenti doomscrolling yang bikin mental makin capek.
Cari Tujuan yang Bermakna
Burnout sering muncul saat kerjaan terasa nggak ada maknanya. Kenali apa yang benar-benar kamu peduliin, lalu coba selaraskan dengan apa yang kamu lakukan.
Bangun Komunitas yang Supportif
Dikelilingi orang yang ngerti perjuangan kita bisa bikin lebih ringan. Sharing pengalaman dan saling support bakal bantu kita keluar dari rasa terisolasi.
Belajar Jeda di Tengah Kesibukan
Nggak perlu tunggu liburan panjang buat rehat. “Ambil micro break” di tengah hari—berdiri sejenak, jalan-jalan, tarik napas dalam-dalam. Istirahat itu produktif!
Pola Hidup Sehat = Fondasi Mental yang Kuat
Tidur cukup, makan bergizi, dan olahraga teratur bukan cuma buat fisik, tapi juga bikin mental lebih stabil dan siap menghadapi tantangan.
Jangan Ragu Cari Bantuan Profesional
Kalau burnout udah keterlaluan, nggak ada salahnya curhat ke psikolog atau konselor. Mental health itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Burnout Bukan Tanda Kelemahan, Tapi Alarm untuk Berubah
Burnout itu bukan sesuatu yang harus dianggap remeh atau ditoleransi. Ini sinyal kalau ada sesuatu yang perlu diubah dalam hidup kita. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, jadikan burnout sebagai momen buat re-evaluasi prioritas dan cara kerja kita.
Gen Z punya kesempatan buat mengubah narasi tentang keseimbangan hidup dan kerja. Dengan berani menetapkan batasan, mencari makna dalam pekerjaan, dan membangun komunitas yang supportif, kita bisa menciptakan budaya kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Gimana menurut Popers? Pernah ngalamin burnout? Atau punya cara sendiri buat mengatasinya? Spill di kolom komentar ya!
Stay balanced, stay empowered!
Baca juga: Healing Bukan Cuma Traveling: Cara Sehat untuk Pulihkan Diri