Apa Itu Avoidant Attachment, Ghosting, dan Gaslighting? Tanda Red Flag Atau Bentuk Trauma?

HYPEPOP - 30 April 2025 - 0

Hai, Popers! Pernah nggak sih kamu dengar istilah avoidant attachment, ghosting, dan gaslighting. Misal ketika kamu lagi deket sama seseorang, obrolan nyambung, vibe-nya dapet, tiba-tiba… dia ngilang gitu aja. Terus kamu mikir, “Dia ghosting aku?” atau “Jangan-jangan aku digaslight?” Tapi gimana kalau sebenarnya itu bukan salah satu diantaranya, melainkan trauma attachment?

Di era hubungan serba cepat dan chat serba singkat, batas antara red flag dan trauma attachment bisa jadi kabur. Makanya penting banget buat kita ngenalin apa itu trauma attachment. Serta gimana perilaku ini kadang disalahpahami jadi sesuatu yang lebih toxic.

Kenalan Dulu Sama Avoidant Attachment

Avoidant attachment adalah gaya keterikatan yang terbentuk saat seseorang tumbuh di lingkungan yang kurang responsif secara emosional. Anak-anak yang belajar bahwa menunjukkan emosi itu bikin ditolak, atau nggak dianggap, cenderung menekan rasa butuh dekat dengan orang lain. Dan saat dewasa, mereka tumbuh jadi orang yang “takut kedekatan.”

Bukan karena nggak peduli, tapi karena kedekatan bikin mereka merasa vulnerable. Jadi, alih-alih deket, mereka memilih untuk menjauh, bahkan dari orang yang mereka suka.

Ghosting? Atau Bentuk Perlindungan Diri?

Popers, ghosting biasanya dilakukan dengan kesadaran penuh. Seseorang mengakhiri komunikasi secara tiba-tiba tanpa penjelasan, karena ingin menghindari konflik atau tanggung jawab emosional.

Ghosting adalah tindakan menghilang begitu saja dari suatu hubungan, baik pertemanan, percintaan, atau bahkan kerja, tanpa penjelasan, tanpa pamit, tanpa closure. Satu hari kamu masih ngobrol asik, besoknya dia hilang kayak nggak pernah ada.

Bentuk ghosting bisa macam-macam: nggak bales chat, unfollow semua akun media sosial kamu, atau bahkan nge-block nomor kamu. Intinya, mereka memutus semua komunikasi tanpa alasan yang jelas dan ninggalin kamu dalam kebingungan.

Tapi pada orang dengan avoidant attachment, “menghilang” bisa jadi cara bawah sadar untuk melindungi diri dari kedekatan yang terlalu cepat. Mereka bisa panik saat hubungan mulai terasa ‘terlalu real’, lalu kabur bukan karena jahat, tapi karena takut disakiti duluan.

Gaslighting? Atau Ketakutan Disalahpahami?

Secara sederhana, gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang bikin seseorang meragukan persepsi, ingatan, atau bahkan kewarasan dirinya sendiri. Pelaku gaslighting biasanya memelintir fakta atau menyalahkan korban sampai korban merasa “jangan-jangan emang aku yang salah ya?”

Tapi kadang, mereka bukan lagi manipulatif. Bisa jadi, mereka memang belum terbiasa menghadapi emosi secara terbuka. Alih-alih memproses bareng, mereka memilih menyederhanakan atau menghindar karena nggak ngerti gimana cara nyambungin perasaan ke kata-kata.

Jadi, Ini Salah Siapa?

Nggak ada yang sepenuhnya salah, Popers. Tapi penting buat kita tahu perbedaan antara pola hubungan yang abusif dengan pola hubungan yang lahir dari trauma masa lalu. Avoidant attachment bukan excuse buat menyakiti, tapi juga bukan label buat disalahkan terus-terusan.

Kalau kamu adalah orang dengan avoidant attachment, bukan berarti kamu harus terus hidup dalam pola lari-dan-jaga-jarak. Kamu bisa banget berubah pelan-pelan, dengan self-awareness, journaling, atau terapi.

Kalau kamu sedang menjalin hubungan dengan orang yang avoidant, kamu juga berhak buat menetapkan batas. Relasi sehat itu harus dua arah: sama-sama belajar dan sama-sama tumbuh.

Lalu Gimana Cara Bedain Avoidant Attachment?

Coba cek polanya. Kalau seseorang ghosting karena ingin lari dari tanggung jawab dan muncul lagi seenaknya, itu red flag. Tapi kalau dia menjauh saat kamu mulai deket, dan saat dikasih ruang dia balik dan minta maaf sambil bingung gimana cara ngejalanin hubungan. Mungkin, dia lagi berjuang melawan avoidant-nya.

Dan kalau kamu ngerasa dimanipulasi, tapi nggak ada unsur kontrol atau dominasi. Bisa jadi, yang kamu hadapi bukan gaslighter, tapi seseorang yang belum terbiasa mengomunikasikan emosinya dengan jujur.

Intinya…

Nggak semua orang yang menjauh itu ghoster. Nggak semua yang defensif itu gaslighter. Kadang, mereka cuma butuh waktu, ruang, dan keberanian buat belajar dekat. Dan kita semua bisa ada di posisi itu, kan?

Popers, kamu pernah punya pengalaman deket sama seseorang yang ternyata avoidant? Atau justru kamu baru sadar kamu sendiri avoidant? Cerita di kolom komentar yuk, siapa tahu ada Popers lain yang ngerasain hal sama.

Stay kind, stay open.

Baca juga: Pentingnya Boundary: Cara Gen Z Menjaga Kesehatan Mental Lewat Batasan

Leave a Comment

You must be logged in to post a comment
Please Login or Register now!