Apakah Love Language Bisa Berubah Seiring Waktu?

HYPEPOP - 14 May 2025 - 0

Hai, Popers! Kamu mungkin udah tahu kalau love language alias bahasa cinta itu ada lima. Tapi pernah nggak sih kamu ngerasa, dulu love language kamu quality time, sekarang malah jadi words of affirmation? Tenang, kamu nggak aneh kok. Faktanya, hal itu bisa berubah, dan itu wajar banget.

Di artikel ini, kita bakal bahas kenapa love language bisa bergeser, faktor-faktor yang memengaruhinya, dan gimana kamu bisa tetap terkoneksi dengan orang-orang terdekat meskipun bahasa cintanya beda.

Love Language Itu Apa, Sih?

Buat yang belum terlalu familiar, love language adalah cara seseorang menerima dan merasakan cinta. Konsep ini pertama kali dikenalkan oleh Dr Gary Chapman dalam bukunya The Five Love Languages. Menurutnya, ada lima jenis love language:

Words of Affirmation: Butuh Diucapin, Bukan Cuma Dirasain

Kalau kamu tipe yang hatinya langsung anget cuma gara-gara dibilang “Kamu keren banget hari ini” atau “Aku bangga sama kamu”, berarti kamu termasuk tim words of affirmation. Love language ini butuh ekspresi cinta lewat kata-kata. Bisa berupa pujian, afirmasi positif, ungkapan sayang, atau kalimat penyemangat. Nggak harus puitis, yang penting tulus dan konsisten.

Contoh:

  • Dikirimin voice note “Semangat ya hari ini”
  • Dipuji hasil kerja atau penampilanmu
  • Dikasih surat atau chat yang penuh afirmasi manis

Acts of Service: Buktiin Lewat Tindakan

Buat kamu yang hatinya meleleh kalau ada orang rela bantuin kerjain tugas, nyiapin makanan, atau ngingetin minum air putih, berarti kamu termasuk tim acts of service. Buat pemilik love language ini, tindakan nyata jauh lebih ngena daripada kata-kata. Mereka merasa dicintai saat seseorang rela melakukan sesuatu yang bikin hidup mereka lebih ringan.

Contoh:

  • Dibantuin kerjain tugas atau projek
  • Dianterin ke tempat les
  • Dibikinin teh hangat pas kamu lagi capek

Receiving Gifts: Bukan Matre, Tapi Simbolis

Tenang, Popers. Punya love language receiving gifts bukan berarti kamu materialistis. Ini lebih soal makna di balik hadiah, bukan harganya. Orang dengan love language ini merasa diperhatikan saat orang lain ngasih sesuatu yang dipikirin dan disiapkan khusus buat mereka. Kado kecil pun bisa jadi meaningful banget asal tepat sasaran.

Contoh:

  • Dikasih bunga atau makanan favorit secara spontan
  • Dibawain oleh-oleh kecil setelah bepergian
  • Dapat hadiah buatan tangan atau barang yang personal

Quality Time: Waktu Berkualitas = Cinta Berkualitas

Kalau kamu merasa paling dicintai saat bisa duduk bareng ngobrol tanpa distraksi, berarti kamu termasuk tim quality time. Buat kamu, waktu bersama lebih penting daripada barang atau pujian. Love language ini tentang hadir sepenuhnya, ngobrol deep talk, jalan-jalan bareng, atau sekadar nonton film sambil diem pun udah cukup, asal dilakukan bersama.

Contoh:

  • Ngobrol sambil duduk santai tanpa HP
  • Dinner bareng yang penuh obrolan
  • Jalan-jalan berdua ke tempat favorit

Physical Touch: Sentuhan Jadi Bahasa Sayang

Kalau kamu langsung merasa tenang saat digenggam tangannya, dipeluk, atau sekadar ditepuk pundaknya, kamu mungkin punya love language physical touch. Sentuhan jadi cara paling ampuh buat menyalurkan dan menerima cinta. Tapi penting juga untuk diingat: physical touch bukan soal intensitas, tapi soal kenyamanan dan konsen.

Contoh:

  • Dipeluk saat sedih atau senang
  • Dirangkul saat berjalan
  • Tepukan ringan di punggung sambil ngobrol

Setiap orang biasanya punya satu atau dua yang paling dominan. Tapi seiring waktu, prioritas ini bisa berubah.

Kenapa Love Language Bisa Berubah?

Love language bukan sesuatu yang statis. Sama seperti selera makan atau playlist Spotify, bahasa cinta kamu juga bisa menyesuaikan dengan fase hidup, pengalaman, dan kebutuhan emosional.

Misalnya, saat kamu masih remaja dan tinggal bareng keluarga, kamu mungkin paling senang diberi perhatian lewat waktu berkualitas. Tapi saat kamu udah mulai sibuk kuliah atau kerja, kamu bisa jadi lebih menghargai tindakan-tindakan kecil seperti ditanyain kabar atau dibantu menyelesaikan hal sederhana.

Atau mungkin setelah mengalami hubungan yang kurang sehat, kamu jadi lebih butuh kata-kata positif yang meyakinkan kalau kamu dicintai. Semua itu valid dan menunjukkan betapa fleksibelnya cara kita menerima cinta.

Faktor yang Bisa Mengubah Love Language

Pengalaman pribadi

Patah hati, kehilangan, atau trauma bisa mengubah cara kamu merasa nyaman dan aman dalam hubungan.

Perubahan rutinitas atau lingkungan

Mulai kerja, pindah kota, atau LDR bisa bikin kamu lebih menghargai komunikasi verbal atau momen ketemu langsung.

Usia dan kedewasaan emosional

Semakin kamu kenal diri sendiri, kamu bisa sadar bahwa dulu kamu lebih fokus ke hadiah, tapi sekarang lebih butuh pelukan atau dukungan secara emosional.

Kebiasaan pasangan atau orang sekitar

Kadang, kita terbiasa mencintai dengan cara yang sering kita terima. Kalau pasanganmu suka memberi perhatian lewat sentuhan, bisa jadi kamu juga ikut merasa nyaman dengan itu.

Terus, Gimana Kalau Love Language Berbeda dengan Pasangan?

Nggak masalah. Justru itulah seni dari hubungan yang sehat. Saat kamu sadar love language-mu berubah, atau ternyata beda dari pasangan, teman, atau keluargamu, komunikasi adalah kuncinya.

Kamu bisa mulai dengan bilang

“Aku lagi merasa lebih senang kalau didengarkan daripada dikasih kejutan”

atau

“Aku makin nyaman kalau kita punya waktu ngobrol tanpa gangguan”

Makin kamu bisa mengenali kebutuhan emosionalmu, makin mudah juga kamu membangun koneksi yang sehat sama orang lain.

Love Language Itu Tentang Bertumbuh, Bukan Terjebak

Banyak yang ngerasa harus punya satu love language seumur hidup. Padahal kenyataannya, kita bertumbuh, dan cinta pun ikut berubah cara kerjanya. Nggak ada yang salah dengan berubah dari physical touch jadi acts of service. Yang penting, kamu tetap jujur dengan dirimu dan orang-orang di sekitarmu.

Jadi jangan takut kalau kamu mulai merasa butuh hal yang berbeda dari sebelumnya. Itu bukan tanda kamu berubah arah, tapi kamu sedang berkembang jadi versi diri yang lebih tahu apa yang dibutuhkan.

Gimana, Popers?

Kamu pernah merasa love language kamu berubah? Atau kamu sedang menyesuaikan bahasa cintamu dengan pasangan, sahabat, atau keluarga? Cerita dong di kolom komentar!

Stay loving, stay educated!

Baca juga: Apa Itu Avoidant Attachment, Ghosting, dan Gaslighting? Tanda Red Flag Atau Bentuk Trauma?

Leave a Comment

You must be logged in to post a comment
Please Login or Register now!