Hai, Popers! Siapa bilang kain tradisional cuma cocok buat kondangan atau acara adat? Buat Gen Z, tren berkain sekarang justru lagi naik daun sebagai bagian dari daily outfit yang edgy, estetik, dan pastinya penuh makna. Tren ini bukan sekadar fashion statement, tapi juga jadi bentuk ekspresi diri yang menggabungkan gaya modern dengan identitas budaya.
Di Instagram, TikTok, sampai thread Twitter, makin banyak anak muda yang tampil percaya diri dengan padu padan kain batik, tenun, atau lurik buat ngampus, hangout, bahkan ngopi di kafe langganan. Dari yang mix kain dengan tank top sampai pakai sneakers biar nggak kelihatan too formal, semua gaya sah dan sahih asal kamu nyaman dan pede!
Kenapa Tren Berkain Jadi Gaya Baru Anak Muda?
Popers, tren berkain ini muncul bukan cuma karena nilai estetikanya yang tinggi. Tapi juga karena makin banyak Gen Z yang peduli sama budaya lokal dan sustainability fashion. Kain tradisional nggak cuma punya motif yang keren dan unik, tapi juga punya cerita di balik tiap helainya.
Banyak dari kita mulai mikir, “Ngapain pakai outfit fast fashion terus kalau ada kain lokal yang lebih autentik, eco-friendly, dan pastinya beda dari yang lain?” Nah, dari situlah tren ini mulai booming di kalangan komunitas fashion lokal dan anak muda yang suka tampil beda.
Tips Mix & Match Kain Biar Nggak Terlihat Kuno
Masih mikir berkain itu ribet atau takut dibilang “terlalu adat”? Tenang, kamu tetap bisa tampil kekinian dengan kain tradisional, asal tau cara mix & match-nya.
- Padukan kain lilit dengan crop top atau bralette biar vibe-nya lebih festival
- Gunakan outer berbahan denim atau jaket kulit buat kasih twist street style
- Pilih kain dengan warna netral atau earth tone biar lebih mudah dipadu-padankan
- Tambahin aksesori simpel kayak anting etnik, belt, atau tas anyaman
- Sepatu? Sneakers putih, loafer, atau sandal kulit bisa jadi opsi yang pas
Kamu juga bisa eksperimen dengan layer atau potongan asimetris. Misalnya, pakai kain sebagai rok high-slit atau dijadikan outer dengan styling ala kimono. Banyak fashion creator lokal yang udah kasih contoh gaya ini di TikTok—dari casual sampai edgy look, semua bisa!
Tren Berkain adalah Simbol Identitas dan Local Pride
Yang bikin tren berkain makin meaningful adalah karena setiap motif punya makna. Lurik misalnya, dulu dikenal sebagai simbol kerendahan hati. Tenun Sumba punya pola yang menggambarkan filosofi hidup. Batik parang pernah jadi simbol kekuatan.
Dengan memakai kain, kamu nggak cuma tampil keren, tapi juga bawa cerita budaya ke dalam gaya hidup harianmu. It’s more than just style, it’s heritage in motion.
Tren Berkain: Dari Streetwear Sampai Event Komunitas
Popers, tren berkain juga udah mulai masuk ke ranah streetwear. Beberapa brand lokal bahkan berani gabungkan kain tradisional dengan cutting modern, seperti oversized jacket, cropped blazer, bahkan celana cargo dari bahan tenun. Jadi kamu bisa tampil super hype tapi tetap bawa budaya.
Komunitas berkain juga sering bikin event yang ngajak anak muda styling kain sesuai versi mereka sendiri. Dari parade, photo walk, sampai collab dengan fashion designer lokal. Seru banget, kan?
Gen Z dan Kain: Perpaduan Tradisi & Eksistensi
Sebagai generasi yang tumbuh di tengah globalisasi, Gen Z sering dituduh ‘kurang lokal’. Tapi tren berkain justru bukti kalau kita bisa banget jadi global citizen tanpa harus lepas dari akar budaya sendiri. Fashion jadi medium buat menghidupkan kembali warisan tradisional—dengan cara yang fun, fresh, dan tetep estetik.
Jadi, Popers, kamu tim mix kain dengan crop top atau tim gaya edgy dengan boots dan outer batik? Apapun stylenya, yang penting kamu nyaman dan bangga dengan apa yang kamu pakai.
Yuk, share gaya berkain versimu atau rekomendasi kain lokal favorit di kolom komentar!
Stay stylish, stay rooted.
Baca juga: Dari Eiger hingga Toton: Brand Fashion Lokal Indonesia yang Go International